Sabtu, 14 November 2015

KENAPA SAYA HARUS MENULIS?

KENAPA SAYA HARUS MENULIS?

Karena saya ingin dikenang dan diingat oleh orang ketika saya tidak lagi di sini. Dengan menulis saya bisa menciptakan cerita yang mungkin jauh lebih indah dari kisah hidup saya. Menulis karena ingin berbagi dengan cerita. Mungkin saya tidak berbakat menulis tapi saya suka menulis.
            Katanya orang yang bisa menulis itu karena ia mempunyai kisah yang bisa dibuat sebuah cerita. Jadi, orang yang hidupnya biasa-biasa saja tidak bisa bercerita lewat tulisan? Tapi menurut saya itu bukan jaminan. Justru yang punya cerita biasa-biasa saja bisa jadi luar biasa jika kita menulisnya dengan hati, karena menyampaikan dengan hati maka akan sampai ke hati juga.
            Hem... ada juga yang bilang, jika ingin jadi penulis itu harus menulis! Nggak menulis, ya bukan penulis namanya. Tapi saya ingin bertanya, sebenarnya yang disebut PENULIS itu harus punya BUKU ya? Kalau iya, berarti apakah orang yang pernah menerbitkan buku meskipun ia hanya sekali menulis dan menjadikannya buku itu sudah bisa disebut penulis? Orang seperti itu mungkin tidak punya waktu buat sekadar menulis, biasanya sebagian dari mereka hanya menerbitkan buku biografi tentang perjalanan hidup seseorang. Ada juga yang menulis adalah hobinya, kebanyakan waktunya hanya untuk menulis saja, tapi tidak pernah diberi kesempatan untuk diterbitkan, dengan kata lain ditolak oleh penerbit. Tapi, itu bukan berarti karyanya buruk, mungkin ia hanya belum beruntung. Jadi, jika ada waktu dan kesempatan yang datang menghampiri kamu, maka pergunakanlah dengan sebaik-baiknya, karena tidak semua orang bisa mendapatkan keduanya sekaligus.
            Kalau ada yang bertanya, “Jika jadi penulis, kamu ingin seperti siapa?” Pasti semua menjawab, ingin seperti Coach Tendi Murti, yang bercita-cita punya Seribu Penulis Muda. Atau si Manusia Sejuta Followers, Raditya Dika. Juga ingin seperti Kak Sukron Abdilah yang sudah menerbitkan puluhan buku. Siapa lagi ya? Dewi Lestari. Oki Setiana Dewi yang berawal menulis di buku harian. Ada lagi, Ramaditya Adikara, dosen yang luar biasa, beliau seorang tunanetra yang menerbitkan beberapa novel. Jujur, saya termotivasi oleh beliau, saya ingin mempunyai semangat menulis seperti yang beliau punya. Ternyata, menulis itu tidak membatasi seseorang untuk berkarya, apapun keadaannya selama kita punya kemauan, kita pasti BISA!
            Setiap ditanya ingin sukses menjadi penulis seperti siapa? Pasti dengan gampang kita menyebutkan nama-nama penulis yang sukses dan terkenal, kita hanya ingin kesuksesan mereka tanpa melihat proses di balik kesuksesan itu seperti apa. Dimana mereka pernah gagal, pernah ditolak juga, tidak mungkin pemula langsung bagus, belajar juga butuh proses. Biar bagaimanapun hasilnya nanti, jika dilalui dengan kerja keras tentu kita akan menghargai semua yang kita capai kelak.
            Kenapa saya harus menulis? Karena saya ingin orang tidak memandangi saya sebagai orang yang tidak berguna, saya juga ingin dengan tulisan saya, bisa membuktikan bahwa orang cacat itu bukan pembawa sial. Saya ingin orang-orang yang dulu pernah meremehkan saya, bisa melihat bahwa orang cacat juga bisa berkarya, bisa berprestasi. Berbicara soal pembawa sial, saya dulu pernah jalan-jalan dengan kursi roda didorong oleh adik saya, ketika saya mau pulang, di jalan saya bertemu dengan seseorang yang sudah duduk di kendaraan bentor (becak motor) sudah mau berangkat, tapi ketika melihat saya, orang itu turun lagi dan langsung masuk ke rumahnya dengan ekspresi wajah kesal tanpa tersenyum pada saya, padahal kami berpapasan di jalan. Pasti dalam hatinya bilang, “Sial, gara-gara orang cacat ini terpaksa saya tunda dulu keberangkatan saya, kalau tidak saya akan sial nanti.”
            Saya ingin bertanya, memangnya orang bisa menentukan baik-buruknya nasib seseorang ya? Jika iya, saya ingin mengubah dunia agar lebih damai dengan tulisan saya.
            Kenapa saya harus menulis? Karena saya juga ingin dunia mengenal dan menyebut nama saya ketika mereka ditanya ingin menjadi penulis seperti siapa. Dan saya ingin meninggalkan kenangan lewat tulisan, dan jika kaki ini tidak bisa membawa saya berkeliling dunia maka dengan tulisan, dunia sendiri yang akan mencari saya. Seperti sebuah ungkapan, “Jika kamu ingin mengetahui tentang dunia, maka membacalah... dan jika ingin dunia tahu tentang kamu, maka menulislah....”
            Dengan kekurangan saya yang tidak bisa jalan ini, saya akan menjelajahi dunia lewat tulisan, yang tadinya enggan tersenyum ramah pada saya. Dengan menulis juga saya ingin didengar karena selama ini jangankan didengar, mereka tidak pernah mengerti dengan apa yang saya katakan, karena saya juga seorang tunawicara. Semoga saya bisa menjadi penulis yang menginspirasi banyak orang. Dan semoga saya masih diberi umur yang cukup oleh Allah SWT sampai saya menerbitkan minimal satu buku, seperti ikrar peristiwa tempo hari,
            “Pada tanggal 11 bulan November 2015 saya dengan ikhlas, mengizinkan diri saya menjadi penulis dengan menerbitkan, minimal satu buku pada tanggal 15 bulan Mei, 2016 dengan menjadikannya best seller atau lebih baik dari itu. Aamiin.”


INDAH TINUMBIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar